03 Maret 2013

Street Fighter Honda Tiger


Bengkel modifikasi, memang seharusnya punya motor modifikasi yang digunakan sebagai sampel atau pembuktian kemampuan dalam melakukan ubahan di motor. Dari sampel motor tersebut, selanjutnya akan bisa digunakan sebagai acuan dan juga rujukan bagi konsumen yang datang untuk melakukan modifikasi.

Seperti itu juga yang coba diterapkan oleh Lutfi Nurseha, komandan dari Wangsinawang Custom dari bengkel modifikasi yang ada di Kec. Tengaran, kab. Semarang, Jawa Tengah. Bengkel yang kerap menangani customized motor sport ini memang telah mencuri perhatian dengan karya-karyanya yang tergolong berani.

Seperti yang tampak pada Honda Tiger yang menjadi andalan pemiliknya untuk menggaet konsumen. Motor ini telah dapatkan perlakuan khusus, sehingga tampangnya sudah berubah total.

Gaya street fighter memang begitu kental terlihat pada motor tersebut. “Praktis hanya menyisakan mesin. Sedangkan yang lainnya, full custom,” buka Lutfi yang asli Suruh, Kab. Semarang ini.

Untuk menonjolkan tampang sebagai petarung jalanan, frame standar diistirahatkan. Gantinya dibuatkan dengan bahan baru dan desain baru pula. Rangka sudah mengalami desain ulang, memanfaatkan pipa besi tubular dengan diameter 1,5 inci dan 3 inci. Rangka dibuat menyatu dari depan sampai belakang. Sehingga timbul kesan kekar.

Berikutnya yang tidak kalah menariknya, adalah desain lengan ayun. Dipilih model pro arm untuk menopang ban belakang. Dengan lengan ayun model ‘pincang’ tersebut, dibutuhkan tingkat kepresisian yang tinggi. Sehingga, kenyamanan motor saat dipakai turing jarak jauh tetap terjaga.

“Lengan ayun ini dibuat sendiri dengan bahan pelat besi. Bentuknya menyesuaikan kekuatan bahan dan kemampuan mesin. Sehingga, ketika aplikasi swing arm ini, kerja mesin tidak banyak terbebani,” ungkapnya.

Kesulitan yang dihadapi saat merancang pro arm tersebut adalah mencari titik tengah dari roda belakang. Karena jika posisi roda belakang tidak berada di tengah, maka hal itu akan berpengaruh pada transfer putaran dari mesin ke roda belakang. Bisa jadi, terhambat.

“Pemilihan roda belakang juga berpengaruh terhadap desain dari pro arm yang kita buat,” jelas pria yang memilih pelek dan ban belakang dari mobil tanpa sebutkan lebar pelek itu sendiri. Ketika pro arm sudah jadi dan dipasangkan dengan roda belakang, sedikit timbul masalah.

“Butuh torsi lebih buat putar roda belakang yang lebar. Gir depan sering kalah,” lanjut pria yang juga pendiri Minor Fighter Salatiga ini. Mengatasinya, gir depan dibuatkan dudukan tersendiri pakai laher. Sehingga diharapkan mampu menarik roda belakang.

0 komentar:

Posting Komentar